Cetirizin dan loratadin adalah obat golongan antihistamin. Mereka merupakan obat golongan antihistamin generasi ke 2 yang mana keduanya biasa digunakan untuk menangani gejala alergi.
Antihistamin
adalah obat yang biasa digunakan untuk mengendalikan alergi seperti
gatal-gatal, ruam, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, diare dan hidung
tersumbat
Namun, jika
mereka berdua diadu manakan yang lebih baik? Hmmm, dalam segi efektifitas
keduanya sama-sama memiliki efektifitas yang sebanding, tidak ada yang lebih
baik dibanding yang lain. Namun, cetirizin memiliki efek sedasi (mengantuk)
yang lebih besar dibanding loratadin. Sedang disisi lain, cetirizin memiliki
keuntungan dalam hal onset (awal mula kerja) yang lebih cepat dibanding dengan
loratadin (1 jam dibandingkan loratadin tiga jam)
Efek dari
kedua antihistamin ini berlangsung selama 24 jam oleh karena itu mereka hanya
diberikan dalam pemberian sekali sehari saja. Loratadin tidak akan memberikan
efek sedasi ketika diberikan pada dosis 10mg/hari. Efek samping ini lebih
mungkin terjadi apabila diberikan pada dosis yang lebih tinggi. Sedangkan, pemberian
cetrizin maximal 10 mg/24 jam, pemberian 20 mg per hari tidak akan meningkatkan
efektifitas obatnya, malahan hanya akan meningkatkan efek sedasinya.
Cetirizin
memiliki 3.5 kali kecenderung menyebabkan efek sedasi dibandingkan dengan
loratadin. Namun cetirizin memiliki efek sedasi yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan antihistamin generasi pertama seperti prometazin.
Konsumsi
cetirizin bersama makanan dapat menurunkan kecepatan absorpsinya namun tidak
mengurangi jumlah penyerapannya ke dalam tubuh
Penggunaan
generasi kedua antihistamin (seperti cetirizin dan loratadin) dalam menangani
gejala flu seperti hidung meler dan bersin-bersin tidak terlalu efektif
(berdasarkan penelitian hanya 45% orang dewasa merasakan kondisi yang lebih
baik setelah menggunakan antihistamin ini dibandingkan dengan mereka yang
menggunakan plasebo 35% merasa lebih baik).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar